Kampung Media Lengge Wawo, Sekretariat: Jalan Lintas Bima - Sape Km.17 Kompleks Lapangan Umum Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Telepon: 0374-7000447. Bagi yang ingin mengirim Tulisan Berita atau Artikel hubungi Nomor HP: 081803884629/085338436666

Sabtu, 03 Mei 2014

Lagi-Lagi.....BSM Di Duga di Sunat


KM LENGGE WAWO,-      Bantuan Siswa Miskin ternyata tidak terlepas dari masalah. Hal ini terjadi di Kecamatan Wawo. Orang tua siswa SDN Inpres Kawae Desa Maria Utara, mengeluhkan pihak sekolah setempat memotong dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebesar Rp200 ribu/siswa, terutama siswa yang memeroleh Program Keluarga Harapan (PKH).




Orang tua siswa, Usman, mengaku, anaknya ada  yang baru  kelas I dan kelas III dijanjikan pihak sekolah akan mendapatkan dana BSM senilai Rp400 ribu lebih, tapi yang ditunggu-tunggu hingga kini belum juga menerima bantuan itu. Bahkan, saat rapat bersama orang tua siswa dengan pihak sekolah meminta agar dana yang diterima siswa penerima PKH dipotong masing-masing siswa Rp200 ribu.

“Hasil pemotongan itu untuk pembangunan pagar sekolah SDN Inpres Kawae, tapi nyatanya sampai kini belum terealisir,” ujarnya di Desa Maria, Selasa (29/4).
Dia mengaku, saat rapat bersama yang dihadiri Kepala UPT Dinas Dikpora Wawo, Alimudin, S.Pd, M.Pd dan pengawas  bulan Maret lalu, meminta persetujuan orang tua siswa soal pemotongan itu, tetapi nyatanya langsung diatur oleh kepala sekolah (Kasek) SDN Inpres Kawae, Arsyad Adam, S.Pd. Bahkan, saran yang disampaikan kepala UPT agar memotong hanya Rp50 ribu saja tidak diterima kepala sekolah.

“Kita sulit memahami jika bantuan BSM yang seharusnya digunakan untuk keperluan siswa secara langsung, tapi nyata malah disalahgunakan oleh pihak sekolah dengan berbagai alasan,” katanya.
Buktinya, kata dia, saat rapat itu diputuskan orang tua siswa yang mengambil uang di Bank, tapi kenyataannya Kasek sendiri yang membuat rekening dan uangnya diambil sendiri oleh Kasek. Bahkan, orang tua siswa meminta kepada Kasek agar tranparan kepada orang tua siswa mengenai data siswa yang mendapatkan dan BSM dan tidak menyalagunakan dana penggunaan dana bantuan dari pemerintah pusat itu.

“Kalau perlu nama-nama siswa yang mendapatkan dana BSM ditempel di sekolah. Siapa yang mendapatkan dana itu dan siapa saja siswa yang tidak memperoleh bantuan itu,” katanya.
Tidak hanya itu, katanya, beberapa guru juga pernah menyarankan kepada Kasek agar menyerahkan dana itu kepada siswa yang berhak, tetapi saran guru-guru itu tidak diperhatikan. Buktinya sampai saat ini masih ada beberapa siswa yang sama sekali tidak mendapatkan dana BSM itu.

Kepala SDN Inpres Kawae, Arsyad Adam, S.Pd, menolak istilah pemotongan BSM. Menurutnya, pemotongan sudah mendapat persetujuan dari wali murid melalui rapat komite sekolah. Potongan dana tersebut hanya yang berkaitan dengan biaya pembuatan rekening bank Rp20 ribu/siswa, pembelian materei senilai Rp7.000, dan transportasi senilai Rp10 ribu, sedangkan untuk pagar sekolah merupakan sumbangan secara sukarela.

Dijelaskan, jumlah siswa SDN Inpres Kawae sebanyak 110 siswa, sedangkan yang mendapatkan dana BSM sebanyak 58 orang. Dana yang seharusnya diterima sebanyak Rp425 ribu. Karena hasil keputusan rapat bersama dengan Komite sekolah yang dipimpin Ketua Komite SDN Inpres Kawae, Abdurrahman, memutuskan, dana itu dibagi satu untuk semua, sehingga semua siswa mendapatkan dana BSM itu, meski nilainya hanya Rp217 ribu/siswa. Namun, jumlah itu berkurang lagi karena masing-masing dipotong Rp10 ribu/siswa untuk biaya transportasi dan Rp7.000/siswa untuk biaya materei. Bahkan, 20 ribu untuk membuat buku rekening.

“Sesuai ketentuan sebenarnya siswa yang mendapatkan dana PKH itu tidak diperbolehkan mendapatkan dana BSM,” ujarnya saat dikonfirmasi di kantor Desa Maria, Rabu (30/4).
Di SDN Inpres Kawae, katanya, ada 31 siswa yang mendapatkan dana PKH dan ada 11 siswa diantaranya yang mendapatkan dana BSM. Mereka seharusnya tidak boleh mendapatkan dana BSM, tetapi diputuskan setiap siswa PKH mendapatkan Rp50 ribu. Orang tua siswa yang memeroleh BSM itu tidak mau membagikan kepada siswa lain yang tidak mendapatkan dana BSM. Soal pembangunan pagar sekolah, kata dia, merupakan permintaan komite sekolah. Namanya, sumbangan terserah orang tua siswa mau menyumbang atau tidak dan tidak ada paksaan untuk sumbangan itu.

Kenapa tidak melibatkan orang tua saat menerima dana BSM di Bank? Kalau sekolah lain, katanya, yang mengambil rekening adalah orang tua siswa, sedangkan rekening di SDN Inpres Kawae oleh siswa. Karena itu slip pengambilan ditandatangani oleh anak-anak dan diwakilkan kepada pihak sekolah untuk mengambilnya. Bank di Kecamatan Sape juga membolehkan hal itu. (Aji)

0 komentar:

Posting Komentar