Kampung Media Lengge Wawo, Sekretariat: Jalan Lintas Bima - Sape Km.17 Kompleks Lapangan Umum Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Telepon: 0374-7000447. Bagi yang ingin mengirim Tulisan Berita atau Artikel hubungi Nomor HP: 081803884629/085338436666

Senin, 28 November 2016

Peran Guru Menyiapkan Generasi Bangsa Beradab


KM LENGGE,- Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini sebagai akibat dari krisis pendidikan cukup beragam. Mulai dari aspek sosil, politik, budaya, ekonomi, serta aspek lainnya. Walaupun saat ini kita banyak menyaksikan bahwa prestasi anak Indonesia megalami peningkatan yang cukup baik seperti diraihnya prestasi diberbagai olimpiade internasional, namun di sisi lain kemunduran telah terjadi pada aspek yang sangat fundamental, yaitu moralitas. Kemunduran aspek ini menyebabkan krisis pendidikan akhlak dalam dunia pendidikan kita, sehingga dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat menahan laju kemerosotan akhlak yang terus terjadi.


Melihat beberapa kasus pelanggaran akhlak (adab) yang terjadi pada generasi (anak didik), tampak jelas tidak tertanamnya dalam diri anak didik apa yang disebut dengan akhlak yang baik atau adab. Kasus pelanggaran akhlah atau adab yang terjadi pada anak didik dapat kita perhatikan di sekitar kehidupan kita atau bisa kita perhatikan melalui media massa, yaitu kasus tawuran antar pelajar, narkoba, pelecehan seksual, minum-minuman keras dan kasus-kasus asusila lainnya. Kasus-kasus seperti itu dapat menghambat generasi kita untuk menjadi generasi yang beradab, yaitu generasi yang mampu merubah peradan bangsa yang bermartabat di masa yang akan datang.

 Generasi (anak didik) yang beradab merupakan generasi yang bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-plan, jujur, santun, berakhlak mulia, dan mempunyai budi pekerti luhur. Dengan kata lain, generasi (anak didik) yang beradab adalah generasi yang mengintegrasikan iman, amal dan imu sekaligus dalam menjalani kehidupan di dunia. Untuk itu, dalam dunia pendidikan sangat diperlukan peran guru dalam membangun generasi (anak didik) yang beradab.
Sampai saat ini masalah guru seakan semakin menarik untuk dibahas dan semakin indah untuk diangkat ke permukaan. Baik sebagai sosoknya yang unik maupun sebagai manusia yang serba bisa. Dalam sorotan penulis guru merupakan sosok yang serba bisa. Lalu apa sih yang menjadikannya menarik untuk dibicarakan.? Ya…tentu saja banyak, coba kita lihat dulu apa sich sebenarnya guru itu? Guru itu kata orang Jawa digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Guru menjadi panutan/teladan bagi anak didik. Itulah yang menjadikan sosok guru menarik. Belum lagi yang lain, yang terkait dengan beban amanah yang harus dilaksanaknnya, menjadi guru merupakan sebuah pekerjaan yang tidak semua orang dapat melaksanakannya, apa lagi untuk menjadi seorang guru yang diimpikan bagi setiap anak didik.
Dalam UU No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, memimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan megevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru professional harus mempunyai kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau diploma IV (D IV), menguasai kompetensi (pedagogik, professional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuik mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Dengan demikian, kehadiran seorang guru bukan sekedar mengajar dan berdiri di depan kelas, melainkan seorang yang mampu memberikan inspirasi bagi pertumbuhan intelektual dan moralitas anak didik. Guru adalah sosok manusia yang senantiasa memberi contoh yang baik dalam segala aktivitas kehidupan anak didik di dalam maupun di luar kelas, guna mencapai tujuan hidup yang lebih bermartabat. Guru adalah manusia yang rela menyumbangkan sebagian besar waktunya untuk berbagi ilmu kepada semua anak didiknya bahkan kepada seluruh lapisan mayarakat.

Guru bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan tetap berusaha mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik demi kelangsungan sebuah proses pendidikan. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai tingkat kedewasaan serta mampu berdiri sendiri dalam memenihi segala tugas dan kewajibannya sebagai makhluk hidup.

Dengan kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat, maka dipundak guru diberikan amanah yang lur biasa mulianya, walaupun sangat berat untuk dilaksanakan mau tidak mau guru harus menerima itu semua. Hal ini juga mengharuskan guru untuk senantiasa memperhatikan segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya dalam lingkungan sekolah melainkan juga harus perkembangan anak didiknya di luar sekolah. Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidak semua orang bisa menjalaninya, karena pekerjaan seorang guru adalah harus merelakan sebagian kebahagiaannya buat orang lain, demi lahirnya generasi-generasi yang diharapkan oleh masyarakat, agama dan bangsa.

Guru merupakan manusia yang paling bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, mengubah segala bentuk perilaku dan pola pikir manusia, membebaskan manusia dari belenggu kebodohan. Pribadi yang beradab (berakhlak m ulia) adalah yang senantiasa menjadi harapan pada setiap anak didik. Tak seorangpun guru yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat atau manusia yang tidak berguna. Oleh sebab itu, dengan penuh dedikasi dan loyalitas yang tinggi guru berusaha memberi bimbingan dan pembinaan agar kelak anak didik yang mereka bina dapat menjadi tumpuan keluarga, bangsa, dan agama. Jadi, pada dasrnya guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina akhlak anak didik.

Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar anak didik tau mana perbuatan susila mana perbuatan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral, mana perbauatan yang beradab dan biadab, semua norma itu tidak harus dijelaskan di depan kelas, namun yang paling membekas jika itu diperlihatkan pada segala tingkah laku seorang guru baik dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, karena pendidikan sebenarnya tidak semata-mata melalui perkataan saja, melainkan melalui perilaku, sikap, dan perbuatan. Inilah yang disebut dengan keteladanan.

Bukankah, tugas utama pendidikan terhadap anak didik di sekolah adalah membangun jiwa mereka agar siap menerima berbagai ilmu pengetahuan dan kelak mengaplikasikannya demi kebaikan bersama. Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan sekolah. Maju mundurnya kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas guru, baik kualitas intelektual maupun kualitas moral (akhlak). Untuk memperoleh anak didik dengan sumber manusia yang tinggi dan mempunyai akhlak atau adab yang bagus, maka dibutuhkan guru yang memiliki sumber daya manusia tinggi dan mempunyai akhlak atau adab yang bagus pula. Maka dari itu, diharapkan kepada guru untuk terus meningatkan kualitas dirinya untuk membangun generasi bangsa yang beradab di masa yang akan datang.

Dari paparan penulis di atas dapat dipahami bahwa, peran guru sangat strategis untuk membangun generasi bangsa yang beradab di masa yang akan datang. Setiap tanggal 25 November para guru di seluruh penjuru tanah air Indonesia merayakan hari guru nasoinal/HUT PGRI, karena pada tanggal tersebut pemerintah telah menetapkan sebagai hari guru nasional/HUT PGRI. Oleh sebab itu, dalam peringatan hari guru nasional/HUT PGRI ke 71 yang jatuh pata tanggal 25 November 2016 kali ini tidak hanya dirayakan secara seromonial belaka. Akan tetapi, ini adalah moment bagi guru untuk mengevaluasi diri sudah sejauh mana aplikasi peran dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan potensi anak didik untuk masa depan bangsa. Guru harus bisa memahami dan mengaplikasikan peran dan tanggung jawabnya dalam mengajar, mendidik, mengarahkan dan membina anak didik dengan professional dan proporsional. Bangsa hari ini dan akan datang membutuhkan generasi-generasi yang produktif dan inovatif yang mampu mengintegrasikan antara iman, ilmu dan amal dalam mewujudkan bangsa yang bermartabat di mata dunia.  

Diakhir tulisan ini, penulis sampaikan selamat hari guru nasional/HUT PGRI yang ke 71. Semoga guru-guru Indonesia selalu membangun kekuatan dan kebersamaan untuk mewujudkan guru professional, sejahtera, dan bermartabat untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat membangun generasi-genarasi bangsa yang beradab. Amiin allaahumma amiin. Wallaahu a’lam.

Penulis : Ahmad. (Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Manajemen Pendidikan Islam IAIN Mataram) Asal Desa Raba Kec. Wawo Kab.Bima

0 komentar:

Posting Komentar