KM. LENGGE WAWO,- Setelah menghilang selama 11 hari, pemuda lajang
asal Desa Maria Kecamatan Wawo, Herman (29 tahun), ditemukan tewas.
Mayat korban ditemukan warga di sungai Oi Wau, sekitar Rengge Niwa, oleh
Ramli warga setempat, Sabtu (9/2) sekitar pukul 06.30 WITA. Saat itu,
Ramli ingin mengambil buah pisang di sekitar lokasi itu.
Kejadian itu dilaporkan kepada Kepala Desa Maria, Annas H. Abbas dan Kapolsek Wawo, IPDA Suryadin.
Jasad korban sudah tidak bisa dikenali lagi, karena bagian kepala, tangan, terpisah dari badan dan kakinya. Namun, pihak keluarga mengenai baju yang dipakai Herman saat meninggalkan rumah Selasa 11 hari lalu.
Jasat korban dievakuasi oleh Tim dari Badan Sar Nasional (Basarnas) Kabupaten Bima, aparat Kepolisian Polres Bima Kota yang dibantu Polsek Wawo dan warga Desa Maria, sekitar pukul 14.00 WITA. Setelah itu dikebumikan di pekuburan umum Maria.
Penemu jasad korban, Ramli, mengaku saat turun menuju lokasi mencium bau sengat, semakin dekat semakin tajam bau itu. Dia pun kaget melihat ada jasad manusia di sungai Oi Wau.
Setelah itu, langsung pulang dan urung ke kebun. Dia memilih melaporkan temuan itu. Apalagi, beberapa hari sebelumnya ada pengumuman dari Kepala Desa Maria mengenai kehilangan korban di masjid Besar Desa Maria.
“Saya langsung pulang melaporkan penemuan itu kepada Kades Maria dan Polsek Wawo,” ujarnya di kantor Polsek Wawo, Sabtu.
Hasiah, ibu korban, mengaku anaknya menderita sakit dibagian dada dan ulu hatinya. Sehari sebelumnya berobat pada dokter di Kota Bima. Namun, tetap mengeluhkan sakit.
M. Sidik, Bapak korban, sempat menuntun anaknya meminum obat sebelum dan sesudah makan, tetapi rasa sakitnya belum juga berkurang. Selasa sore itu, setelah minum obat Hermanmeminta pamit dengan wajah yang tidak seperti biasa, seakan menanggung beban berat. “Percuma minum obat tidak juga sembuh, saya pamit,” ujarnya mengutip kata terakhir dari anaknya.
Saat itu, tidak bisa mencegat anaknya yang keluar rumah. Namun, Sidik berfirasat jelek mengenai kepergian Herman. Keberangkatannya itu epat bersamaan dengan hari kelahiran Herman
Namun, Hasiah mengaku mencegah suaminya agar tidak berkata seperti itu. Sejak itu, Herman tidak pernah kembali hingga ditemukan warga telah tewas.
Biasanya, Herman meski sering tidur di tempat lain, tetapi pagi harinya tetap kembali ke rumah seperti biasa. Namun, keberangkatannya hari Selasa lalu tidak pernah pulang lagi. Setiap hari bersama keluarga dan warga dikerahkan untuk mencari, tetapi tidak ditemukan hingga ditemukan Ramli, Sabtu pagi. “Ini takdir anakku dan saya merelakan kepergiannya,” ujarnya sebelum penguburan.
Kades Maria, Annas H. Abbas, mengaku, sebelum dievakuasi telah mendatangi orangtua korban dan memberitahukan apakah jasad korban divisum, namun mereka meminta agar dikuburkan saja. “Saya langsung membuat surat dan sudah diserahkan kepada Polsek Wawo agar jasat korban setelah dievakuasi langsung dikuburkan,” katanya.
Dia mengaku dua hari sebelum hilang korban sempat diperiksa di dokter dan hari Rabu ingin mengajak korban untuk dicek kembali kesehatannya ke dokter, tetapi diberitahu orangtuanya bahwa Herman sudah menghilang. Namun, ternyata pada hari kesebelas jasadnya ditemukan telah meninggal.
Jasad korban sudah tidak bisa dikenali lagi, karena bagian kepala, tangan, terpisah dari badan dan kakinya. Namun, pihak keluarga mengenai baju yang dipakai Herman saat meninggalkan rumah Selasa 11 hari lalu.
Jasat korban dievakuasi oleh Tim dari Badan Sar Nasional (Basarnas) Kabupaten Bima, aparat Kepolisian Polres Bima Kota yang dibantu Polsek Wawo dan warga Desa Maria, sekitar pukul 14.00 WITA. Setelah itu dikebumikan di pekuburan umum Maria.
Penemu jasad korban, Ramli, mengaku saat turun menuju lokasi mencium bau sengat, semakin dekat semakin tajam bau itu. Dia pun kaget melihat ada jasad manusia di sungai Oi Wau.
Setelah itu, langsung pulang dan urung ke kebun. Dia memilih melaporkan temuan itu. Apalagi, beberapa hari sebelumnya ada pengumuman dari Kepala Desa Maria mengenai kehilangan korban di masjid Besar Desa Maria.
“Saya langsung pulang melaporkan penemuan itu kepada Kades Maria dan Polsek Wawo,” ujarnya di kantor Polsek Wawo, Sabtu.
Hasiah, ibu korban, mengaku anaknya menderita sakit dibagian dada dan ulu hatinya. Sehari sebelumnya berobat pada dokter di Kota Bima. Namun, tetap mengeluhkan sakit.
M. Sidik, Bapak korban, sempat menuntun anaknya meminum obat sebelum dan sesudah makan, tetapi rasa sakitnya belum juga berkurang. Selasa sore itu, setelah minum obat Hermanmeminta pamit dengan wajah yang tidak seperti biasa, seakan menanggung beban berat. “Percuma minum obat tidak juga sembuh, saya pamit,” ujarnya mengutip kata terakhir dari anaknya.
Saat itu, tidak bisa mencegat anaknya yang keluar rumah. Namun, Sidik berfirasat jelek mengenai kepergian Herman. Keberangkatannya itu epat bersamaan dengan hari kelahiran Herman
Namun, Hasiah mengaku mencegah suaminya agar tidak berkata seperti itu. Sejak itu, Herman tidak pernah kembali hingga ditemukan warga telah tewas.
Biasanya, Herman meski sering tidur di tempat lain, tetapi pagi harinya tetap kembali ke rumah seperti biasa. Namun, keberangkatannya hari Selasa lalu tidak pernah pulang lagi. Setiap hari bersama keluarga dan warga dikerahkan untuk mencari, tetapi tidak ditemukan hingga ditemukan Ramli, Sabtu pagi. “Ini takdir anakku dan saya merelakan kepergiannya,” ujarnya sebelum penguburan.
Kades Maria, Annas H. Abbas, mengaku, sebelum dievakuasi telah mendatangi orangtua korban dan memberitahukan apakah jasad korban divisum, namun mereka meminta agar dikuburkan saja. “Saya langsung membuat surat dan sudah diserahkan kepada Polsek Wawo agar jasat korban setelah dievakuasi langsung dikuburkan,” katanya.
Dia mengaku dua hari sebelum hilang korban sempat diperiksa di dokter dan hari Rabu ingin mengajak korban untuk dicek kembali kesehatannya ke dokter, tetapi diberitahu orangtuanya bahwa Herman sudah menghilang. Namun, ternyata pada hari kesebelas jasadnya ditemukan telah meninggal.
sumber: http://www.bimakini.com
0 komentar:
Posting Komentar