KIM WAWO,- pengembangan komoditas jagung di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Nusa tenggara barat menjadi salah satu sumber penopang ekonomi masyarakat setempat.
Hingga awal tahun ini, Kecamatan yang tengah dipimpin oleh Ridwan,S.Sos selaku pemimpin kecamatan itu telah dua kali panen dengan jumlah sekitar ratusan ton sekali panen.
Di Kecamatan seluas 241,290 km² ini terdapat hamparan kebun jagung seluas 80an hektar. Tak tanggung-tanggung, setiap hektar, warga mampu meraup hasil hingga Rp 9 juta hingga Rp 10 juta per sekali panen (rata-rata hasil panen jagung yang didapatkan dalam 1 hektar sebanyak 9 ton. Dengan harga jual kering di tingkat pengecer/agen/tengkulak senilai Rp3.500 per kilogram—dan harga pembelian gudang Rp3.700 per kilogram), dengan masa tanam yang cukup singkat, yakni tiga bulan sekali.
“Beberapa tahun ini masyarakat Wawo sudah rutin dan tekun bertanam jagung, Hasilnya alhahmdulilah dapat memenuhi ekonomi masyarkat di sini,apalagi kalau harga jagung sedang melambung,” kata Ismail (45), salah satu warga Desa Tarlawi yang sudah 2 tahun belakangan ini bertanam jagung.
Masuknya program penanaman jagung yang di canangkaan Pemprov Nusa Tenggara Barat sejak awal 2017 itu menjadikan prodak unggulan bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat untuk keluar dari keterpurukan ekonomi.
Namun, kondisi pasar yang kadang kadang tak menentu membuat pasaran harga jagung mengalami penurunan yang cukup drastis dari harga Rp.4500 perkilo yang biasa di dapat masyarakat kadang kadang turun sampai Rp.2500 saja. Ini kadang mempengaruhi keadaan ekonomi masyarakat karena memang banyak warga kecamatan Wawo yang hanya mengandalkan mendapatkan penghasilan dari bertani. (glnk/KIM WAWO)
0 komentar:
Posting Komentar