KM. LENGGE WAWO,- Karena ingin mendapatkan kejelasan nasib, beberapa guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 11 Satu Atap (Satap) Kecamatan Langgudu, harus meninggalkan sekolah dan berangkat ke Kalimantan. Apalagi, beberapa kali mereka berusaha menerbitkan kartu UNPTK, tetapi hingga beberapa tahun tidak juga katru itu diterbitkan.
Guru yang meninggalkan sekolah di seberang lautan Langgudu adalah M Uttin, S.PdI, Marliah, S.PdI, Sadrin, S.Pd, dan Nur Atikah, S.Pd. Beberapa hari terakhir mereka sudah bertolak ke Kaltim untuk mencari pekerjaan. “Akibat UNPTK tidak juga diterbitkan, empat guru meninggalkan sekolah. Jelas kita merasa kehilangan karena empat guru itu menjadi andalan untuk mengajar di sekolah terpencil seperti ini,” ujar Kepala SMPN 11 Satap Langgudu, Drs Firman, di Desa Maria Kecamatan Wawo, Jumat (6/9).
Saat ini, kata dia, siswa SMPN 11 Satap Langgudu di Desa Sarae Ruma semula memiliki delapan guru GTT dan satu PNS yang merangkap kepala sekolah, tetapi kini tinggal empat orang saja. Dengan tidak adanya UNPTK guru-guru yang mengajar di desa terpencil itu tidak bisa mendapatkan semua tunjangan yang disiapkan pemerintah pusat maupun daerah.
Firman berharap Pemerintah Kabupaten Bima khususnya Dinas Dikpora Kabupaten Bima agar memerhatikan guru yang mengajar jauh di seberang lautan sana dengan memudahkan pembuatan UNPTK. Jika tidak, maka akan banyak anak-anak usia sekolah yang tidak bisa mengenyam pendidikan yang wajar. Bukan hanya itu, dirinya saja belum menerima tunjangan daerah terpencil karena belum ada UNPTK.
“Mudahkanlah dan jangan dipersulit. Kasihan kalau harus bolak balik seberang lautan menuju Kota Bima. Tentu biaya yang dipergunakan tidak sedikit, tetapi hasilnya selalu mengecewakan,” katanya. (galank)
0 komentar:
Posting Komentar