KM. LENGGE WAWO,- Banyak cara dilakukan warga Desa Maria Kecamatan Wawo,
dalam mengekspresikan kegembiraan pasca-panen raya. Selain doa syukuran,
sebagian masih ada yang melestarikan tradisi membakar nasi ketan yang
dicampur santan kelapa, kemudian dimasukkan dalam potongan bambu muda.
Ini
lebih dikenal dengan 'puru timbu'.Sesepuh adat Desa Maria, M Tahir
Salu, mengatakan tradisiini dilakoni warga sejak turun-temurun sebagai
ekspresi kegembiraan pasca-panen raya padi, jagung, dan lainnya. Tidak
hanya itu, tradisi 'puru timbu' sebagai bagian dari bentuk budaya
gotong-royong dan kebersamaan warga.
"Musim panen kali ini hasil panen melimpah dan ada sekitar 500 potong bambu muda yang disiapkan untuk menggelar tradisi itu," katanya kepada Bimeks di Maria, Senin (9/6).Untuk melengkapi tradisi itu, jelasnya, masing-masing warga bergotong-royong menyiapkan puluhan batang bambu, ratusan biji kelapa, beras ketan, dan menyiapkan kayu bakar. "Warga menyiapkan enam lokasi yang telah disepakati, sehingga saat pembakaran ramai dikunjungi warga," katanya.
Hal senada dikemukakan panitia 'puru timbu', Drs Hamka dan A Malik. Kegiatan seperti itu ramai dikunjungi warga, bahkan yang tidak memiliki bahan bisa membantu menyiapkan kayu bakar sekaligus membakar.
Hamka menjelaskan, prosesi 'puru timbu' terjadi atas kesepakatan bersama setelah Yaasinan di masjid Nurul Yaqin Fo'o Mboto Desa Maria. Beberapa ibu-ibu mendesak untuk menggelar acara itu karena warga yang bertani di sawah, tegalan, dan lainnya sudah kembali semua di kampung masing-masing. "Hanya dalam tempo singkat semua bahan sudah tersedia, sehingga kita sepakat untuk membakar timbu, Minggu dan Senin," katanya.
Uniknya, kata Hamka, nyaris seluruh warga sekitar lokasi 'puru timbu' mendapatkan bagian untuk mencicipi enak dan gurihnya makanan itu. Apalagi, ada yang memasukkan biji-bijian yang menambah keenakan menu itu.
source : http://habambojo.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar