KM LENGGE WAWO,- Masyarakat Kecamatan Wawo adalah masyarakat
yang kental dengan kehidupan gotong royong dalam kehidupan sosial
bermasyarakat. Dari sejak nenek moyang orang Wawo dulu tradisi gotong royong
ini tetap dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat seperti tradisi hanta uma
(bahasa indonesia angkat rumah).
Masyarakat Wawo merupakan masyarakat yang hidup di daerah
dataran tinggi dan tempat tinggal masyarakatnya menggunakan rumah panggung (
Uma Haju/ Uma=Rumah, Haju=Kayu ) yang
terbuat dari kayu jatih atau kayu mahoni. Pembuatan rumah panggung ini memakan waktu yang lumayan lama. Untuk
membuat rumah panggung memerlukan waktu 1 sampi 2 bulan.
Menurut masyarkat, rumah panggung mempunyai keuntungan yaitu
salahsatunya kalau gempa rumah panggung cukup kuat dan sulit sekali roboh atau
rusak karena struktur rumah panggung adalah mempunyai tiang penyangga sebanyak 6
kaki, 9 kaki, 12 tiang kaki penyangga bahkan ada rumah panggung 16 tiap kaki
penyangga (bahas Bima Uma ini mbua ri’i).
Seiring dengan perkembangan jaman rumah panggung oleh
sebagian masyarakat diganti dengan rumah permanen, tapi rumah panggungnya tetap
difungsikan untuk di padukan dibelakang rumah mereka. Rumah panggung ini
digeser (ndi Hanta) di belakang rumah induk permanen.
Tradisi mengangkat atau memindahkan rumah panggung ini
biasanya dibongkar semua bagian yang tersambung satu persatu bagianya agar pada
saat dipindahkan (Hanta Uma) nanti tidak terasa berat. Memindahkan rumah
panggung (Uma Haju/ Uma=Rumah, Haju=Kayu ) ini biasanya ketua RT atau tetua
adat mengumumkan di mesjid untuk kasama weki (Bhs Indonesia bersama-sama)
mengangkat rumah / memindahkan atau menggeser rumah di kampung tersebut.
Ketika ada pengumuman dari tetua adat atau ketua RT
masyarakat dalam kampung tersebut serentak keluar rumah menuju tempat rumah
panggung (Uma Haju) tersebut untuk di Hanta (pindahkan). Masyarakat
berbondong-bondong baik, anak kecil, remaja, dewasa, bapak-bapak, ibu-ibi
bahkan gadis-gadis (Bhs Bima Sampela) ikut bergabung sekedar menyiapkan makanan
ataupun kopi bagi para laki-laki yang bergotong royongmemindahkan rumah
panggung (Hanta Uma Haju) ini.
Tradisi ini sampai sekarang tetap mengakar bahkan tradisi
HANTA UMA ini kalau di informasikan ke masyarakat di kampung sebelah ataupun
desa tetangga maka mereka akan berbondong-bondong ikut kasama weki
(bersama-sama) membantu memindahkan rumah panggung (Uma Haju) ini.
Hanta Uma adalah filosofi karakter masyarakat Wawo yang
sarat dengan budaya kasama weki (Bersama-sama berkumpul) untuk menyelesaikan
pekerjaan yang berat untuk di kerjakan bersama-sama. Bukan hanya Hanta Uma saja
yang dilakukan bersama-sama, tetapi kehidupan sosial bermasyarakat seperti
sesuatu yang dirasa tidak bisa dikerjakan atau dipikul sendiri maka di kerjakan
dengan karawi sama (Karawi = Kerja, Sama= berkumpul banyak orang) atau
bergotong royong.
Budaya HANTA UMA ini tetap dipertahankan untuk tetap memberi
contoh kepada generasi muda agar tidak mementingkan diri sendiri atau egois,
tetapi lebih mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan sendiri. Budaya
ini juga menjadi parameter kebersamaan dan bersatunnya masyarakat dalam berbuat
baik untuk masyakat bangsa dan bernegara. (Efan)
semoga tradisi hanta uma ttp terus di kembangkan dan dpt di teruskan oleh anak cucu qt kedepan,tradisi yg penuh makna dlm sebuah kebersamaan,,,,,mantap
BalasHapus