KM. LENGGE WAWO,- Akhir akhir ini dunia pendidikan
di negara kita maupun daerah Bima kita tercinta menjadi heboh. Kehebohan
tersebut bukan hanya disebabkan oleh kehebatan mutu
pendidikan tetapi lebih
banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya
ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun
informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara
lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, kiata seharusnya
dapat meningkatkan sumber daya manusia kita yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya
manusia di Negara-negara lain.
Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Yang sistemik selama ini
adalah masalah biaya pendidikan,akan tetapi berdasarkan berbagai kebijakan dari
pemerintahan kita masalah ini sedikit tidak sudah bisa diatasi, untuk kabupaten
Bima sendiri berdasarkan data yang kita peroleh angka putus sekolah karena
masalah biaya pendidikan hanya 0,09 %.
Selain masalah biaya pendidikan, masalah lainnya
adalah waktu pengajaran. Dengan melihat sendiri sekolah sekolah di daerah kita,
dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di relative lebih lama jika
dibandingkan Negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya,
ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan
diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika
kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang
menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga
pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas
juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga,
Karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi
pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisienfi pengajarn adalah
mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik
kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan
tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan
oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A
mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan/seni,
yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita
melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah
pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga
mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting
dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga
sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta
didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan
sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi
yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga
kurikulum 2013. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan
pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga
menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika pemerintah terlalu
sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung
menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
KM. LENGGE WAWO.
0 komentar:
Posting Komentar