KM LENGGE WAWO,- Menjelang
akhir tahun 2014 banyak cara yang dilaukan oleh para pedagang untuk meraih
keuntungan. Memanfaatkan moment pergantian tahun baru sejumlah pedagang
terompet mainan yang terbuat dari kertas kartun mendulang keuntungan. Terlihat
beberapa pedagang terompet tahun baru dikerumunin oleh anak-anak kecil untuk
membeli terompet.
Pedagang terompet asal Sragen Jawa Tengah yang sudah
berdomisili 20 tahun di Kota Bima, Yadin (39) mengaku bahwasejak 3 hari yang
lalu menjual terompet disejumlah tempat di kota Bima, Sape dan mampir di
kecamatan Wawo.
“Sejak 3 hari lalu saya berjualan terompet keliling
dari tempat ke temapt satunya, awalnya di Kota Bima kemudian karena banyak
saingan yang berjualan di kota Bima saya menuju kecamatan Sape dan dan
kecamatan Wawo yang kebetulan dekat dengan kota Bima, lumayan lakunya,” ujar
Yadin.
Ditemuai saat menjajalkan barang dagangannya yadin
bercerita, “Terompet yang terbuat dari kertas dan kartondiambil di kerabatnya
yang bisa membuat terompet, sedangkan jenis yang menggunakan pompa dan suaranya
keras itu saya beli alatnya dan saya rakit sendiri,” tuturnya.
Harga terompet berfariasi, dari terompet kecil yang
kecil dijual dengan harga 5 ribu rupiah, ukuran sedang 10 ribu rupiah dan
ukuran besar 20 ribu rupiah. Kalau untuk terompet yang terbuat dari bahan plastik
dengan menggunakan pompa kecil harga lebih mahal 35 ribu rupiah.
Pembeilnyapun dari berbagai macam kalangan, anak-anak,
remaja hingga muda-mudi, tapi konsumen pailing banyak anak-anak membeli
terompet karton dan remaja membeli terompet yang menggunakan bahan plastik
menggunakan pompa.
Dengan Modal 300 ribu rupiah dalam sehari Yadin mampu
mendapatkan keuntungan 400 hingga 500 ribu rupiah dalam sehari. Tergantung
barang yang dijual. Kalau membawa barang banyak lakunyapun banyak dan
keuntungan yang didapatkan lebih banyak.
Yadin mengaku berjualan dengan menggunakan motornya
sendiri merupakan pedagang salome di Kota Bima, Keseharian Yadin adalah
berprofesi sebagai penjual Salome. Tetapi karena memanfaatkan kondisi dan sitiuasi perganytian
tahun baru, biasanya banyak menraih keuntungan.
Pria kelahiran Sragen 39 Tahun ini awal datang ke Bima
adalah ingin menjual Salome tahun 1993 lalu. Tahun 1995 Yadin menikahi Endah gadis
asal Sragen Jawa tengah juga yang membantu menyiapkan bahan-bahan dagangannya
termnasuk berjualan terompet ini.
Motifasi untuk menghidupkan keluarganya cukup tinggi, demi
menghidupakan dan menyekolakan kedua buah hatinya Novi (10) kelas 5 Sekolah
Dasar (SD) dan Nova (8) kelas II SD. Demi buah hatinay yang penting halal dia
rela bekerja apa saja di negeri rantuan ini, mengumpulkan pundi-pundu untuk
menghidupkan keluarganya ditengah sulitnya mencari kerja.
“Berjualan terompet ini pekerjaan musiman mas, hanya
akhir tahun seperti ini aja, kalau profesi saya berjualan Salome di Kota Bima,
yach... yang penting halal mas... bahkan saya sudah punya rumah sendiri di Kota
Bima,” ujarnya.
Yadin berharap dia tetap bedoa dan beriktiar mencari
rezeqi, karena kerja tanpa doa kepada sang gusti Allah pekerjaan kita sia-sia
tidak di berkah untuk keluarga. Bekerja dan berdoa itu modal saya. (Efan)
0 komentar:
Posting Komentar