KM
LENGGE,- Sejumlah tokoh Nasional dan politisi yang menjadi anggota
DPRD di tingkat provinsi NTB dan Kabupaten Bima sepetiWakil Ketua Mahkamah Konstitusi RI, DR. H. Anwar Usman, SH, MH, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, Jenderal
TNI (Purn) Subagyo Hadisiswoyo, Mantan Ketua MK RI DR.
Hamdan Zoelva, SH.,MH, Bupati Bima Periode 1999-2005 Drs. H. Zainul
Arifin, M.Si,Akademisi seperti DR. Iwan
Harsono, DR. Kadri dan tokoh sipil lainnya menyampaikan pandangan pada Sarasehan Nasional dengan
tema “Menuju Kabupaten Bima yang
RAMAH Dengan Kearifan Budaya Lokal” Kamis (21/7) di aula Akbar hotel Mutmainah.
Para tokoh yang ikut berpartisipasi
pada sesi diskusi yang dipandu moderator Dr. Ibnu Khaldun M.Si menyampaikan
pokok pikiran masing-masing. Narasumber
I Hamdan Zoelva memaparkan bahwa masyarakat Bima memiliki dinamika yang luar
biasa dan berbeda dengan daerah lainnya di NTB seperti di Lombok. Namun
demikian dalam perspektif lokal ada hal yang harus diselaraskan atau
disinkronkan dalam penjabaran hukum.
Hal ini jelasnya karena hukum memiliki fungsi ketertiban sosial (social order). Inilah yang menjadi fungsi terpenting hukum itu sebab
pelanggaran hukum akan mengganggu ketertiban sosial. "Jadi negara harus
hadir agar masyarakat tidak akanantipasti kepada penegak hukum yang dapat berakibat pada
munculnya ketidakpatuhan
sosial (social disobedience)”. Jelas Hamdan.
“Agar mampu menegakkan hukum secara optimal maka kerjasama
antara pemerintah daerah dan aparat keamanan seperti Polri diperlukan. “Jangan bermusuhan dengan polisi”. Saran Hamdan.
Koordinasi dengan aparat keamanan amat penting,
sebab melalui komunikasi yang
baik, persoalan pelanggaran hukum dapat diselesaikan
secara baik dan hal ini ditujukan agar visi Bima RAMAH dapat diwujudkan sebab kata RAMAH merupakan jawaban atas keresahan tentang Bima yang saat
ini menjadi sorotan”. Jelasnya.
Narasumber lainnya, Dr. Kadri yang membahas hubungan media dengan pemerintahan
mengatakan, “saat
ini tantangan pemerintah adalah ada banyak pemberitaan arus
utama (mainstream) yang selalu menampilkan konflik dalam tayangan dan
cenderung memojokkan pemerintah.
Hal ini
lanjutnya, pada sejumlah
media masih mengedepankan prinsip kabar buruk itu, berita baik (bad news is good news). Karena itu tugas pemerintah agar visi Bima RAMAH ini terwujud dalam konteks komunikasi maka pemerintah
harus memastikan generasi muda menjaga dan mempertahankan nilai nilai budaya
luhur yang ada”. Terangnya.
Di samping itu, “konflik yang terjadi diakibatkan karena minimnya pemahaman budaya lokal yang berdampak pada minimnya rasa
cinta dan kebanggaan terhadap budaya. Oleh karena itu tantangan pemerintah
daerah adalah bagaimana membangun komunikasi yang baik dan menghadapi media mainstream yang
cenderung menyiarkan berita berita negatif tentang pemerintah daerah.
Juga perlu melakukan
manajemen peran kehumasan secara optimal agar informasi dapat disampaikan secara
berimbang”. Jelasnya.
Pada kesempatan sesi tanya jawab, Mantan KASAD Jenderal
TNI (Purn) Subagyo hadisiswoyo menyatakan, “kesuksesan itu karena manusia mau belajar ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan
landasan Iman dan Takwa, bekerja keras dan disiplin”. Katanya.
“Jatidiri budaya lokal akan tetap dipertahankan namun
katanya perlu ada modifikasi modifikasi dalam membangun Bima yang beragam. Sehingga dapat beradaptasi dan mampu tidak terus menerus
menanamkan kebanggaan pada budaya daerah”. Katanya
Selain Subagyo, Mantan Bupati Bima Drs. H. Zainul Arifin dalam pemaparannya mengatakan, “untuk menangani konflik yang terjadi, Pemenritah Daerah
harus mengefektifkan forum komunikasi para kepala desa seperti yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinannya.
“Pada saat itu belum ada handphone tetapi semua kepala desa diberikan Handy-Talky
(HT) untuk berkomunikasi dan melaporkan setiap indikasi kekerasan yang
terjadi dimasing-masing desa sehingga konflik sosial dapat diketahui dan
diatasi sedini mungkin”. Sarannya. (Efan)
0 komentar:
Posting Komentar