KM
LENGGE,- Jelajah budaya adalah
kegiatan jelajah berjalan kaki belajar sambil menikmati wisata alam dengan
mengunjungi lokasi bersejarah. Komunitas
Pramuka Peduli saat Kemah Budaya mengajak adik-adik peserta perkemahan
melakukan Jelajah Budaya mengunjungi Doro Asi dan Kopa Bio Bano, Desa
Parado Rato Kecamatan Parado.
Acara jelajah yang diikuti 110 adik-adik Pramuka
Penggalang dan Pramuka Penegak melalui beberapa pos jelajah diantaranya pos
tekpram dan pos budaya yang merupakan pos terakhir.
Pada
pos budaya Komunitas Pramuka Peduli mengundang Sejarawan Aminunsyah yang
memberikan materi seputar Doro Asi dan Kopa Bio Bano.Dihadapan
peserta jelajah budaya Aminunsyah menjelaskan Doro Asi. Menurutnya, dalam
kacamata budaya Asi bukanlah istana. Asi itu adalah tempat melahirkan bukan
melahirkanansich ibu
melahirkan anak. Tetapi Asi adalah tempat melahirkan aturan main, tata cara
hidup bermasyarakat.
"Nah,
Salah satunya di Doro Asi ini. Doro Asi ada 3 bagian, bagian pertama yang
adik-adik duduki, bagian tengah dan bagian timur," jelas Aminunsyah yang
pernah menjadi Kepala Desa dua periode 1994-2001.
Lantas
pertanyaannya, Apa saja kekayaan yang terlihat di Doro Asi? pertama Kopa
Bio Bano ukurannya lebar 30 cm panjang 60 cm kedalam 10 cm tumitnya dan panjang
jari kaki rata - rata 10 cm menghadap ke Timur.
Kekayaan
kedua perigi (kancoa dari wadu) dengan kedalaman 1 meter diameter 80 cm.
Kekayaan ketiga mata air 150 cm dari perigi biasa disebut Lanco Mbari (talang
air).
Kekayaan
keempat tumpukan batu-batu besar dan telaga ukuran panjang 1 meter kedalaman 40
meter, telaga ini dibuat untuk bayi dan ditimur ada masa oi kebe panjang 3
meter.
"Semua
ini merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai penting bagi masyarakat
Parado yang perlu adik-adik ketahui dan pelajari secara seksama dan
dilindungi," pinta Amin yang juga guru honorer SMAN 1 Parado
Sementara
itu, Koordinator Komunitas Pramuka Peduli Arief Rachman merasa miris dengan
kondisi peninggalan budaya Doro Asi. Kopa Biobano yang berada dibelakang giling
padi tak terawat dan hampir dipenuhi sekam sampah penggilingan padi. "
Kami berharap Dinas Pariwisata memperhatikan situs dan peninggalan bersejarah.
Tidak mungkin Doro Asi dan Kopa Bio Bano adalah hanya sekedar cerita pepesan
kosong pengantar tidur," sesal Arief.
Menurut
Arif, dalam waktu dekat kalau Dinas Pariwisata tidak mampu membuat sekedar
papan informasi situ atau memberikan pagar pengaman di Kopa Bio Bano Komunitas
Pramuka Peduli akan membuatnya, "kalau dinas tidak mampu mengerjakan,
biarlah kami sama adik-adik pramuka yang akan memperbaikinya," tutupnya. ARIF RAHMAN (Efan)
0 komentar:
Posting Komentar