KM
LENGGE,- Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini sebagai akibat dari
krisis pendidikan cukup beragam. Mulai dari aspek sosil, politik, budaya,
ekonomi, serta aspek lainnya. Walaupun saat ini kita banyak menyaksikan bahwa
prestasi anak Indonesia megalami peningkatan yang cukup baik seperti diraihnya
prestasi diberbagai olimpiade internasional, namun di sisi lain kemunduran telah
terjadi pada aspek yang sangat fundamental, yaitu moralitas. Kemunduran aspek
ini menyebabkan krisis pendidikan akhlak dalam dunia pendidikan kita, sehingga
dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat menahan laju kemerosotan akhlak yang
terus terjadi.
Melihat
beberapa kasus pelanggaran akhlak (adab) yang terjadi pada generasi (anak
didik), tampak jelas tidak tertanamnya dalam diri anak didik apa yang disebut
dengan akhlak yang baik atau adab. Kasus pelanggaran akhlah atau adab yang
terjadi pada anak didik dapat kita perhatikan di sekitar kehidupan kita atau
bisa kita perhatikan melalui media massa, yaitu kasus tawuran antar pelajar,
narkoba, pelecehan seksual, minum-minuman keras dan kasus-kasus asusila
lainnya. Kasus-kasus seperti itu dapat menghambat generasi kita untuk menjadi
generasi yang beradab, yaitu generasi yang mampu merubah peradan bangsa yang
bermartabat di masa yang akan datang.
Generasi (anak didik) yang beradab merupakan
generasi yang bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-plan, jujur, santun,
berakhlak mulia, dan mempunyai budi pekerti luhur. Dengan kata lain, generasi
(anak didik) yang beradab adalah generasi yang mengintegrasikan iman, amal dan imu
sekaligus dalam menjalani kehidupan di dunia. Untuk itu, dalam dunia pendidikan
sangat diperlukan peran guru dalam membangun generasi (anak didik) yang
beradab.
Sampai
saat ini masalah guru seakan semakin menarik untuk dibahas dan semakin indah
untuk diangkat ke permukaan. Baik sebagai sosoknya yang unik maupun sebagai
manusia yang serba bisa. Dalam sorotan penulis guru merupakan sosok yang serba
bisa. Lalu apa sih yang menjadikannya menarik untuk dibicarakan.? Ya…tentu saja
banyak, coba kita lihat dulu apa sich sebenarnya guru itu? Guru itu kata orang
Jawa digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Guru menjadi panutan/teladan
bagi anak didik. Itulah yang menjadikan sosok guru menarik. Belum lagi yang
lain, yang terkait dengan beban amanah yang harus dilaksanaknnya, menjadi guru
merupakan sebuah pekerjaan yang tidak semua orang dapat melaksanakannya, apa
lagi untuk menjadi seorang guru yang diimpikan bagi setiap anak didik.
Dalam
UU No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, memimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan megevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru
professional harus mempunyai kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau
diploma IV (D IV), menguasai kompetensi (pedagogik, professional, sosial dan
kepribadian), memiliki sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuik mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Dengan
demikian, kehadiran seorang guru bukan sekedar mengajar dan berdiri di depan
kelas, melainkan seorang yang mampu memberikan inspirasi bagi pertumbuhan
intelektual dan moralitas anak didik. Guru adalah sosok manusia yang senantiasa
memberi contoh yang baik dalam segala aktivitas kehidupan anak didik di dalam
maupun di luar kelas, guna mencapai tujuan hidup yang lebih bermartabat. Guru
adalah manusia yang rela menyumbangkan sebagian besar waktunya untuk berbagi
ilmu kepada semua anak didiknya bahkan kepada seluruh lapisan mayarakat.
Guru
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan tetap berusaha
mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun
potensi psikomotorik demi kelangsungan sebuah proses pendidikan. Guru juga
berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bantuan kepada anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai tingkat kedewasaan
serta mampu berdiri sendiri dalam memenihi segala tugas dan kewajibannya sebagai
makhluk hidup.
Dengan
kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat, maka dipundak guru diberikan
amanah yang lur biasa mulianya, walaupun sangat berat untuk dilaksanakan mau
tidak mau guru harus menerima itu semua. Hal ini juga mengharuskan guru untuk
senantiasa memperhatikan segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak
didiknya, tidak hanya dalam lingkungan sekolah melainkan juga harus
perkembangan anak didiknya di luar sekolah. Menjadi guru berdasarkan tuntutan
hati nurani tidak semua orang bisa menjalaninya, karena pekerjaan seorang guru
adalah harus merelakan sebagian kebahagiaannya buat orang lain, demi lahirnya
generasi-generasi yang diharapkan oleh masyarakat, agama dan bangsa.
Guru
merupakan manusia yang paling bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak
didik, mengubah segala bentuk perilaku dan pola pikir manusia, membebaskan
manusia dari belenggu kebodohan. Pribadi yang beradab (berakhlak m ulia) adalah
yang senantiasa menjadi harapan pada setiap anak didik. Tak seorangpun guru
yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat atau manusia yang
tidak berguna. Oleh sebab itu, dengan penuh dedikasi dan loyalitas yang tinggi
guru berusaha memberi bimbingan dan pembinaan agar kelak anak didik yang mereka
bina dapat menjadi tumpuan keluarga, bangsa, dan agama. Jadi, pada dasrnya guru
harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam
rangka membina akhlak anak didik.
Menjadi
tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar anak
didik tau mana perbuatan susila mana perbuatan asusila, mana perbuatan yang
bermoral dan amoral, mana perbauatan yang beradab dan biadab, semua norma itu
tidak harus dijelaskan di depan kelas, namun yang paling membekas jika itu
diperlihatkan pada segala tingkah laku seorang guru baik dalam lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat, karena pendidikan sebenarnya tidak
semata-mata melalui perkataan saja, melainkan melalui perilaku, sikap, dan
perbuatan. Inilah yang disebut dengan keteladanan.
Bukankah,
tugas utama pendidikan terhadap anak didik di sekolah adalah membangun jiwa
mereka agar siap menerima berbagai ilmu pengetahuan dan kelak
mengaplikasikannya demi kebaikan bersama. Guru merupakan ujung tombak pelaksana
pendidikan sekolah. Maju mundurnya kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas guru, baik kualitas intelektual maupun kualitas moral (akhlak). Untuk
memperoleh anak didik dengan sumber manusia yang tinggi dan mempunyai akhlak
atau adab yang bagus, maka dibutuhkan guru yang memiliki sumber daya manusia
tinggi dan mempunyai akhlak atau adab yang bagus pula. Maka dari itu,
diharapkan kepada guru untuk terus meningatkan kualitas dirinya untuk membangun
generasi bangsa yang beradab di masa yang akan datang.
Dari
paparan penulis di atas dapat dipahami bahwa, peran guru sangat strategis untuk
membangun generasi bangsa yang beradab di masa yang akan datang. Setiap tanggal
25 November para guru di seluruh penjuru tanah air Indonesia merayakan hari
guru nasoinal/HUT PGRI, karena pada tanggal tersebut pemerintah telah
menetapkan sebagai hari guru nasional/HUT PGRI. Oleh sebab itu, dalam peringatan
hari guru nasional/HUT PGRI ke 71 yang jatuh pata tanggal 25 November 2016 kali
ini tidak hanya dirayakan secara seromonial belaka. Akan tetapi, ini adalah
moment bagi guru untuk mengevaluasi diri sudah sejauh mana aplikasi peran dan
tanggung jawabnya dalam mengembangkan potensi anak didik untuk masa depan
bangsa. Guru harus bisa memahami dan mengaplikasikan peran dan tanggung
jawabnya dalam mengajar, mendidik, mengarahkan dan membina anak didik dengan professional
dan proporsional. Bangsa hari ini dan akan datang membutuhkan generasi-generasi
yang produktif dan inovatif yang mampu mengintegrasikan antara iman, ilmu dan
amal dalam mewujudkan bangsa yang bermartabat di mata dunia.
Diakhir
tulisan ini, penulis sampaikan selamat hari guru nasional/HUT PGRI yang ke 71.
Semoga guru-guru Indonesia selalu membangun kekuatan dan kebersamaan untuk mewujudkan
guru professional, sejahtera, dan bermartabat untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta dapat membangun
generasi-genarasi bangsa yang beradab. Amiin allaahumma amiin. Wallaahu a’lam.
Penulis : Ahmad. (Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam IAIN Mataram) Asal Desa Raba Kec. Wawo Kab.Bima
0 komentar:
Posting Komentar