KM. LENGGE WAWO.- Berawal hanya hobi
memakai asesoris karena melihat kebiasaan orang tuanya mengenakan cincin batu
akik, tetapi kemudian menjadi ladang bisnis. Inilah barangkali yang dialami oleh
Rusyadin (32), yang biasa dipanggil Din warga dusun Sanolo desa Maria Kecamatan
Wawo Kabupaten Bima ini.
Meski jatuh bangun saat mengawali
bisnisnya itu, tetapi Din tak mengenal kata putus asa. Dia terus menekuni
bisnis batu cincin dan batu hias bermodis ini hingga 9 tahun. Sejak tahun 2005,
, mampu bertahan dan tegar melakoni lika liku bisnis batu akik ini. Manis
pahit pun telah banyak dirasakan. Namun berkat keuletan, kemauan keras serta
semangat tinggi yang tak kunjung padam, membuatnya bisa melejit dan berkembang.
“Awalnya saya gemar mengoleksi batu-batu akik
dan batu mulia karena ikut ikutan bapak saya, menghiasi jari-jari tangan agar
pantas dipandang orang. Kebetulan juga orang tua saya adalah pengrajin batu
akik pelopor di desa Maria,Tapi seiring berjalannya waktu, kini saya menjadi
penjual,” kata Din, di sela-sela kesibukkannya mengasah batu akik.
Menurut dia, benda-benda antik dan
unik yang dibuatnya itu berupa jenis batu cincin yang biasa dipakai,
diantaranya Batu fosil, batu lumut, sulaiman, Kecubung dan batu batu akik
lainnya. Harganya pun relatif murah, bervariatif mulai dari puluhan ribu
sampai ratusan ribu.
“ Para pemesan biasanya dating langsung kesini.
Para pemesan itu sengaja meluangkan waktu datang ke rumah, demi mendapatkan
batu tersebut,” kata Din. Din mengaku harus melibatkan anggota keluarga dan
teman temannya nya dalam memproduksi dan mengolah batu menjadi batu hias.
Batu batu yang tadinya bongkahan tak
berarturan diolah menggunakan peralatan mesin seadanya menjadi batu cincing
atau kalung yang menarik. Setiap harinya bisa memproduksi 10 buah batu cincin.
Prosesnya memang diakui sulit, harus melalui tujuh tahapan. Mulai pemotongan,
pembentukan, pelicinan, hingga menjadi bentuk batu bermodis sesuai yang
diinginkan para pemesan.
Diakuinya, berbisnis biatu cincin
itu sangat menjanjikan. Segi pemasarannya pun tak begitu sulit. Namun Din,
mengaku terkendala dengan bahan mentah Batu. Sebab lanjut dia, sekarang jenis
batu akik nyaris langka, Din bersama rekan rekannya bahkan mencari berminggu
minggu untuk mendapatkan bahan mentah yang berkualitas oke.
Selain itu, dirinya pun jelas
terkendala dengan permodalan. Oleh karena itu dia berharap Pemkab Bima
memfasilitasi pinjaman modal. Dulu dia pernah mendapatkan bantuan dari program pariwisata
kabupaten Bima tapi bantuan yang didapatkan hanya satu buah gerinda yang
harganya beberapa ratus ribu tidak sesuai dengan aloksi dana yang sebelumnya
dijelaskan oleh pengelola program tersebut kepada anggota kelompok
mereka.(GALANK)
0 komentar:
Posting Komentar