Kampung Media Lengge Wawo, Sekretariat: Jalan Lintas Bima - Sape Km.17 Kompleks Lapangan Umum Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, Telepon: 0374-7000447. Bagi yang ingin mengirim Tulisan Berita atau Artikel hubungi Nomor HP: 081803884629/085338436666

Minggu, 12 Oktober 2014

Rusyadin,Berawal Dari Ikut Ikutan Sampai Menjadi Pengrajin akik

KM. LENGGE WAWO.- Berawal hanya hobi memakai asesoris karena melihat kebiasaan orang tuanya mengenakan cincin batu akik, tetapi kemudian menjadi ladang bisnis. Inilah barangkali yang dialami oleh Rusyadin (32), yang biasa dipanggil Din warga dusun Sanolo desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima ini.

Meski jatuh bangun saat mengawali bisnisnya itu, tetapi Din tak mengenal kata putus asa. Dia terus menekuni bisnis batu cincin dan batu hias bermodis ini hingga 9 tahun. Sejak tahun 2005, , mampu bertahan dan tegar melakoni lika liku bisnis batu akik ini.  Manis pahit pun telah banyak dirasakan. Namun berkat keuletan, kemauan keras serta semangat tinggi yang tak kunjung padam, membuatnya bisa melejit dan berkembang.

 “Awalnya saya gemar mengoleksi batu-batu akik dan batu mulia karena ikut ikutan bapak saya, menghiasi jari-jari tangan agar pantas dipandang orang. Kebetulan juga orang tua saya adalah pengrajin batu akik pelopor di desa Maria,Tapi seiring berjalannya waktu, kini saya menjadi penjual,” kata Din, di sela-sela kesibukkannya mengasah batu akik.


Menurut dia, benda-benda antik dan unik yang dibuatnya itu berupa jenis batu cincin yang biasa dipakai, diantaranya Batu fosil, batu lumut, sulaiman, Kecubung dan batu batu akik lainnya. Harganya pun relatif murah,  bervariatif mulai dari puluhan ribu sampai ratusan ribu.

 “ Para pemesan biasanya dating langsung kesini. Para pemesan itu sengaja meluangkan waktu datang ke rumah, demi mendapatkan batu tersebut,” kata Din. Din mengaku harus melibatkan anggota keluarga dan teman temannya nya dalam memproduksi dan mengolah batu menjadi batu hias.

Batu batu yang tadinya bongkahan tak berarturan diolah menggunakan peralatan mesin seadanya menjadi batu cincing atau kalung yang menarik. Setiap harinya bisa memproduksi 10 buah batu cincin. Prosesnya memang diakui sulit, harus melalui tujuh tahapan. Mulai pemotongan, pembentukan, pelicinan, hingga menjadi bentuk batu bermodis sesuai yang diinginkan para pemesan.
Diakuinya, berbisnis biatu cincin itu sangat menjanjikan. Segi pemasarannya pun tak begitu sulit. Namun Din, mengaku terkendala dengan bahan mentah Batu. Sebab lanjut dia, sekarang jenis batu akik nyaris langka, Din bersama rekan rekannya bahkan mencari berminggu minggu untuk mendapatkan bahan mentah yang berkualitas oke.


Selain itu, dirinya pun jelas terkendala dengan permodalan. Oleh karena itu dia berharap Pemkab Bima memfasilitasi pinjaman modal. Dulu dia pernah mendapatkan bantuan dari program pariwisata kabupaten Bima tapi bantuan yang didapatkan hanya satu buah gerinda yang harganya beberapa ratus ribu tidak sesuai dengan aloksi dana yang sebelumnya dijelaskan oleh pengelola program tersebut kepada anggota kelompok mereka.(GALANK)

0 komentar:

Posting Komentar