Foto saat baru pulang dari Umrah di Makkah bersama istrinya tahun 2013. |
KM. LENGGE WAWO,- Kematian adalah rahasia Tuhan dan tidak ada seorangpun yang dapat menebaknya. Jika warga Kabupaten Bima kaget mendengar berita tentang wafatnya Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST. Maka warga Kota Bima juga merasa kehilangan seorang ulama karismatik di Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur, Ustaz H Sulaiman bin H Jamaluddin, BA. Umara dan Ulama itu sama-sama menutup usia, Kamis (26/12).
Bupati Bima, H. Ferry Zulkarnain, ST, juga Sultan XVI Bima meninggal sekitar pukul 07.15 Wita dan prosesi pemakaman melalui upacara militer, Jumat (27/12) sekitar pukul 10.00 Wita. Gubernur NTB, HM Zainul Majdi selaku Inspektur Upacara prosesi pemakaman.
Detik-detik Guru Lamu menjelang dipanggil Allah SWT |
Almarhum H Sulaiman bin H Jamaluddin, BA, juga meninggal pada hari yang sama sekitar pukul 15.30 Wita. Uniknya, usai menjalankan shalat Ashar. Ustaz yang kerap dipanggil Guru Lamu ini, dalam kondisi badan masih lemas karena sakit yang dideritanya, meminta kepada anak-anaknya untuk membaringkannya agar bisa mengerjakan Sholat Ashar. Pensiunan guru agama dan penasehat Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Furqan Dodu Kota Bima ini, usai menjalankan kewajiban vertikal hamba kepada Tuhan-Nya, tanpa disadari almarhum menghembuskan napasnya yang terakhir dan meninggalkan keluarganya untuk selama-lamanya.
Ribuan warga Kota Bima, terutama Kelurahan Dodu, Kodo, Lampe, Nungga Kecamatan Rasanae Timur, tempat beliau selalu mendakwahkan agama, kaget. Ribuan warga hadir melayat, menyolatkan almarhum sekaligus mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir di Pekuburan Dodu II Kota Bima, usai shalat Jumat.
Ribuan warga Kota Bima, terutama Kelurahan Dodu, Kodo, Lampe, Nungga Kecamatan Rasanae Timur, tempat beliau selalu mendakwahkan agama, kaget. Ribuan warga hadir melayat, menyolatkan almarhum sekaligus mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir di Pekuburan Dodu II Kota Bima, usai shalat Jumat.
Wali Kota Bima, H Qurais H Abidin, Wakil Wali Kota Bima, H A Rahman H Abidin, SE, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Dr H Hamdan Zoelva, SH, MH, dan Anggota DPR RI, H Syafrudin, ST juga turut hadir menyolatkan dan mengantarkan jenazah. Bahkan, Wakil Wali (Wawali) Kota Bima, H A Rahman memberikan sambutan keluarga usai pemakaman almarhum.
Ketua MK Prof. Dr. H. Hamdan Zoelva, MH mendoakan Almarhum |
Guru Lamu meninggal dalam usia 71 tahun dan meninggalkan seorang istri, tujuh orang anak, dan 13 cucu. Pada almarhumah istri pertama Hj Khadijah bin H Ali melahirkan enam putra masing-masing, Israil (almarhum), Ustaz Gufran pembina pondok pesantren di Jakarta, Mujiburrahman, M.PdI guru SMAN 3 Kota Bima, Ahmad Syuyuthy, S.IP, MH, pejabat struktural di Pemrov NTB. Selain itu, Munawwar, S.Ag, M.Pd, dosen dan guru SMAN 4 Kota Bima, Kaharuddin, S. Ag, M, Hum, Pejabat Sekneg RI. Dari istri kedua Hj Siti Nurhayati, melahirkan dua anak yakni Zul Amirul Haq dan Faidatul Ma'rifah.
Kata Wawali, kematian adalah satu pintu yang harus dilewati oleh umat manusia dan H Sulaiman telah mengakhiri seluruh pengabdiannya di alam dunia, tetapi berpindah di alam sementara di dalam kubur sebelum menuju alam akhirat. Tentu yang diharapkan kepada yang ditinggalkan untuk mendoakannya agar alam kubur ini dijadikan salah satu diantara taman-taman surga.
Apalagi, katanya, almarhum memiliki kharisma di tengah masyarakat, bukan hanya di Kelurahan Dodu, tetapi di Kota Bima. Soalnya, dalam acara apa saja beliau sering berdakwah dan membacakan doa dengan hati yang khusu'. Pada wajahnya selalu tersenyum dan suka guyon sehingga siapapun senantiasa menyukainya.
“Kita merasa kehilangan beliau, apalagi banyak sifat-sifat keseharian beliau yang patut dicontohi,” ujarnya usai pemakaman.
“Kita merasa kehilangan beliau, apalagi banyak sifat-sifat keseharian beliau yang patut dicontohi,” ujarnya usai pemakaman.
Ribuan warga Kota Bima mengantar jenazah Almarhum di Pemakaman Umum Dodu II |
Apa nasihat almarhum kepada anak-anaknya sebelum meninggal? Kata Ahmad Syuyuthy, pada tanggal 15 Desember lalu almarhum mengundang semua anak-anaknya dan semua terkumpul. Dia mengingatkan anak-anaknya yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar menjauhi pendapatan yang tidak halal. Biarlah yang diperoleh itu sedikit tetapi berkah. Jika makan lakukan berjamaah dan jangan sendiri sendirian, sehingga dalam kehidupan selalu bersama.
Tidak hanya itu, katanya, jangan bertengkar dengan istri dan anak-anak. Kalaupun ada masalah dibicarakan dalam suasana sudah berwudhu. “Kalian kan tinggalnya jauh-jauh dan jika saya meninggal ikhlaskan agar tidak merepotkan orang lain dalam menguburkan saya dan saya ikhlaskan anak-anak untuk bekerja di tempat masing-masing,” ujar Syuyuthy mengutip ucapan almarhum. Mendengar ucapan itu semua anaknya menangis dan mencium satu persatu tangan almarhum dan beliaupun ikut menangis memeluk satu-satu anak dan mantunya. Hanya selang lima hari dari ucapan itu, almarhum meninggalkan semua. “Kami bersyukur hanya satu anaknya yang tidak bisa menyaksikan kematiannya dan tidak bisa mengantarkan almarhum karena Mujiburrahman ketinggalan pesawat di Bali,” katanya. (AJI)
inalillahi
BalasHapus