KM LENGGE WAWO,- Tim Liputan dari Televisi Swasta Nasional Trans TV untuk
program acara “Indonesia Punya Cerita” mengunjungi Desa Maria untuk melakukan
proses pengambilan gambar tentang tradisi gadis di desa yang masih
menggunakan obat herbal atau tradisional dalam merawat kulit wajah atau tubuh
istilah kerennya Facial (Bore Loi : Bahasa Bimanya) dan mempertahan rambut
panjang (Honggo Naru) hingga kaki dengan perawatan tradisonal Shampo dan
creambat (Isu) dan mandi di sungai atau kali (Ndeu Aka Sori) yang masih ada hingga
sekarang.
Desa Maria Kecamatan Wawo merupakan salahsatu desa di Indonesia yang masih menyimpan dan mempertahankan warisan budaya dari leluhur dan tetap melestarikan nilai-nilai budaya tradional. Desa Maria juga merupakan salahsatu desa Budaya dan Wisata yang ada di Propinsi NTB.
Di
Desa Maria masih banyak tradisi leluhur yang masih ada dalam kehidupan social
dan bermasyarakat. Nah…salahsatu tradisi yang tetap ada hingga jaman modern
ini, kebiasaan ibu-ibu hingga gadis memakai masker atau facial istilah kerenya
untuk yang biasa ke salon atau menggunakan perawatan jasa salon.
Facial
atau masker untuk perawatan Wajah ini bukan dari membeli disalon atau tokoh
kecantikan namun di dapatkan dari membuat sendiri dari bahan-bahan yang ada
disekitar rumah dan halamanya.
Keunikan
inilah yang menggugah hati. tamu dari Jakarta ini dengan ramah berkunjung ke Desa Maria. Mas Suhud Kordinator
Liputan, Mas Asep Kameramen dan Mbak Yayu, 3 orang
Tim Trans TV acara Indonesia Punya Cerita datang untuk melihat dan mengekpose
langsung kegiatan masyarakat desa Maria terutama ibu-ibu dan remaja serta
gadis-gadisnya dalam beraktifitas memasker wajahnya (Bore Loi : Bahasa Bima)
sampai mandi di kali. (Ndeu Aka Sori)
Kedatangan
Tim Liputan dari Trans TV ini telah melewati proses bertemu dengan Kepala Dinas
Pariwisata dan Camat Wawo untuk meliput program acara ini sebagai promosi
Budaya Bima. Bahkan kedatangannya ke Desa Maria ditemanbi oleh Mas Ikhsan dati
Trans TV Bima dan Khusnuk Khatimah Staf Dinas Pariwisata Kabupaten Bima.
Proses
pengambilan gambar kegiatan dan acara ini selama dua hari, hari pertama adalah
aktifitas ibu-ibu dan gadis desa dan hari kedua pengambilan gambar di situs Uma
Lengge dan atraksi budaya Ntumbu (Adu Kepala)
Pada
hari pertama Selasa (26/1) pengambilan gambar dilakukan di sekitar rumah warga
yang berdekatan dengan Sanggar La Diha, pimpinan Minarni, S. Pd. Proses
pengambilan gambar ini benar-benar dilakukan sesuai dengan aktifitas ibu-ibu
atau para gadis mempesiapkan Obat Tradisional atau Masker Wajah (Loi Bore: Bhs
Bima) di Siang Hari untuk keperluan besok pagi.
Ada
beberapa jenis Loi bore yang digunakan dalam setiap aktifitas para gadis didesa
Maria. Ada Loi Bore Bura (Obat Masker Putih) yang terbuat dari beras dan
lain-lainnya, Loi Bore Monca (Masker Kuning), Loi bore Kala (Masker Merah), Loi
Bore Me’e(Masker hitam dan Loi Bore Hijau (Masker Hijau), semua loi bore ini
terbuat dari daun-daun, beras, dan tanaman obat-obatan dihalaman rumah.
Proses
pengambilan gambar oleh Mas Asep berlansung terus berdasarkan scenario dan
arahan sesuai dengan aktifitas harian masyarakat , kegiatan dari awal
menyiapkan bahan-bahan herbal dari daun-daun dan tanaman obat-obat kemudian
memilih hingga mengulek (Tutu : Bhs Bima) sehingga menjadi Obat yang berupa
bubuk yang siap di dipakai untuk Facial atau Masker di wajah (Bore Ta Pahu :
Bhs Bima).
Masker
atau Facial wajah (Loi Bore) mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing
berdasarkan jenis warnah dan bahan-bahan yang digunakan. Contohnya masker atau
facial warna merah (Loi Bore Kala) untuk ibu-ibu yang baru melahirkan untuk
menghilagkan sakit kepala, mata kunang-kunang atau lemas dan meningkatkan
stamina, sedangkan untuk masker/facial
warna hijau (Loi Bore Jao) untuk menghaluskan kulit, menghilangkan
jerawat dan flek hitam bagi gadis dan remaja, begitupun Loi Bore yang lainnya
mempunyai khasiat yang berbeda.
Pada
hari kedua pengambilan gambar bersama Mas asep dan Suhud ini berlansung dari
pagi sekitar pukul 06.00 karena aktifitas mulai proses Masker (Bore Loi). Setelah
Loi Bore selesai ditumbuk dan dipakai biasanya para gadis atau ibu-ibu
berjemuran di depan rumah ramai-ramai bersama tetangga dan gadis lainnya.
Stelah masker (Loi Bore) kering para gadis
inni biasanya akan berjalan beriringab dan beramai-ramai pergi mandi di
Sungai.
Tempat
Pemandian ini sebenarnya bukan di sungai namun ditepi sungai yang airnya
merupakan sumber mata air yang keluar dari mata air (Oi Wontu) artinya air yang
keluar dari sela-sela batu cadas dalam sejarah OI Wontu ini merupakan Mata Air
yang keluar ketika Raja Indra Jamrud (Raja Bima) memukul tongkat untuk apara
Punggawanya yang haus sehingga keluarlah air di sela-sela batu dan tidak pernih
kering hingga sekarang.
Disamping
rajin merawat kulit dan badan gadis-gadis, remaja dan ibu-ibu, tetap
mempertahankan keindahan Rambut sebagai Mahkota,. Penggunaan Shampo untuk
Creambat tradional dilakukan dengan memakai obat-obat dan bahan tradional yang
berasal dari kebun dan halaman mereka sendiri.
Untuk
creambat dan shampoo ini (Isu : Bhs Bima) memakai kelapa (Niu) yang
dikeringkan, cabe Jawa dan Kemiri (Kaleli : Bahasa Bima) untuk Bahan dasar
Shampo dan Creambat (Isu) sehingga tidak heran rambut gadis-gadis desa ini
terlihat panjang, lebat dan hitam hingga telapak kaki.
“Fatu,
Nisa dan beberapa gadis lainnya mengaku,
saya merawat rambutnya sejak SMP hingga sekarang tidak pernah di potong
hanya sekali-sekali ketika rambut terlihat ulai bercabang karena menggunakan
shampoo modern dan bercabang maka saya kembali menggunakan Isu untuk merawat
kembali rambut saya,”ujar Fatu
Penggambilan
gambarpun dilakukan ketika para gadis ini berjalan beriringan dan beramai
hingga proses mereka ibu-ibu, remaja dan gadis-gadis ini mandi di pemandian Oi
Wontu di dekat sungai. Sampai mereka pulang kembali ke rumah masing-masing
untuk beraktifitas.
Setelah
itu remaja, gadis dan ibu-ibu di desa ini bagi yang beraktifitas di sawah
maupun ladang akan tetap menggunakan Masker atau Facial berwarna kuning (Loi
Bore Monca : Bhs Bima) berkhasiat menahan panas dan teriknya sinar matahari
saat bekerja disawah atau lading.
Begitupun
saat mereka pulang bekerja setelah mandi dan membersihkan wajah dan seluruh
badannya remaja, gadis dan ibu-ibu yang beraktifitas disawah ataupun lading
akan menggunakan masker atau facial putih (Loi Bore Bura : Bhs Bima) penggunaan
malam harinya.
Sri
Nuryanti (36) warga dusun Maria Desa Maria mengaku bahwa setiap beraktifitas
atau sehabis melahirkan selalu menggunakan bedak / Masker atau facial (Loi
Bore) untuk menjaga kesehatan tubuh dan kulitnya. Namun Sri tidak menampik
bahwa bedak ataupun masker modrn juga tetap sekali-sekali di pakai.
“Kita
Ibu-Ibu maupun gadis di desa Maria selalu memakai bedak / masker nmaupun facial
(Loi Bore) setiap bekerja, melahirkan atau beraktiftas di rumah untuk menjaga
kelembapan kulit. Kami juga tetap memakai bedak ataupun masker modern untuk
merawat kelembaban kulit,”ujar Sri.
Beberapa
ibu-ibu dan gadis di Desa Maria mengaku penggunaan bedak / masker untuk facial
(Bore Loi) kerap di lakukan namun
penggunaan obat-obat modern tetap sekali-sekali kita pakai. Penggunaan masker /
bedak (Loi Bore) obat-obat tradional merupakan warisan dari turun temurun dari
buyut, nenek hingga ibu mereka.
“Penggunaan
masker / bedak ataupun facial (loi Bore) berbahan dasar herbal dan tradional
ini selalu kita pakai sejak masih anak-anak. Sehingga menjadi budaya dan
tradisi bagi masyarakat di Desa Maria menjaga warisan leluhur ini. Enak Mas
kalau di pakai….terlihat fres dan dinggin kalau memakai bedak / masker
tradisonal ini kulit juga terawat karena bisa menetralkan pemakaian obat-obat
masker modern,”ujar beberapa gadis saat proses shoting berlangsung.
Pegawai
Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, Khusnul Khatimah yang mendampingi saat proses
shoting berlangsung mengapresiasi kepada masyarakat desa Maria, Sanggar La Diha
dan Trans TV yang melakukan pengambilan gambar sebagai ajang promosi warisan
budaya kita orang Bima (Dou Mbojo).
“Warisan
tradisi nenek moyang kita sudah melekat di desa-desa di kecamatan Wawo, jangan
sampai termakan oleh jaman. Makanya saya lihat gadis-gadis di Desa Maria ini
kulitkulitnya halus dan rambutnya panjang-panjang,”ujar Khusnul.
Asep
cameramen Trans TV Cara Indonedia punya cerita ketika diawawancai oleh kampung-media.com
mengaku kagum dengan masyarakat desa
Maria yang masih mempertahankan tradisi menggunakan kosmetika, dan obat-obat
tradisonal untuk merawat tubuh.
Pada
hari kedua, pengambilan gambar di mulai jam 06.00 Witta di pemandian Mata Air
Oi Wobo gadis panjang rambut (Siwe Ajo Honggo Naru) dan dilanjutkan oleh cruew
Trans TV melakukan pengambilan gambar di Situs Uma Lengge dengan atraksi budaya
Adu Kepala (Ntumbu : Bhs Bima). Pengambilan gambar ini melewati beberapa proses
dari awal brafing cruew, pemain hingga proses latihan atau pemanasan para
pemain atau prajurit yang akan bermain, ritual baca doa dan minum air yang di
do’a kan oleh Sang Guru sebelum permainan.
Pengambilan
gambar Ntumbu ini dilaukan berulang-ulang dengan iringan gendang para pemain
dari Sanggar La Diha. Dalam permainan
tradional yang terkenal Ektrim atau keras ini si pemain tidak merasakan sakit
karena telah meminum air dari sang guru.
Waktu
terik mulai beranjak, pengambilan gambar telah rampung diambil oleh Tim
“Indonesia Punya Cerita “ dari Trans TV , Kamipun sempat Foto bersama dengan
mereka.
Tradisi
Budaya warisan nenek moyang yang tetap dipertahankan di Desa Maria ke depan
akan menjadi Icon Wisata apabila di kemas dengan Apik untuk dijadikan Paket
Wisata. (Efan)
0 komentar:
Posting Komentar