KM LENGGE,- Keyakinan akan kekuasaan dan keesaan Tuhan tidak hanya menjelma dalam ritual ibadah, tetapi menyentuh dunia seni. Ekspresi seni lahir dari sebuah imajinasi, gagasan dan ide untuk memperkuat keyakinan tentang keberadaan zat yang serba Maha yaitu Allah SWT. Para penenun Bima di masa silam tidak hanya sebagai perajin, tetapi mereka adalah seniman ulung yang melahirkan karya yang penuh dengan pesan simbol dan makna. Pesan bertuah itu dititipkan melalui ragam motitf tenunan yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Disamping mengenal motif bunga, tenunan Bima juga mengenal motif geometri seperti Gari(garis), Nggusu Tolu atau Pado Tolu( Segitiga), Nggusu Upa (Segi empat, Pado Waji (Jajaran Genjang), serta Nggusu Waru ( Segi Delapan ). Motif Gari(Garis) mengandung makna bahwa manusia harus bersikap jujur dan tegas dalam melaksanakan tugas, seperti lurusnya garis.
Dalam pengamatan saya, ada empat motif tenun Bima yang memiliki keterkaitan dengan sikap dan pengakuan serta kepasrahan kepada Sang Khalik. Empat motif itu adalah Motif Bunga Aruna atau Nanas, motif Nggusu Tolu atau segi tiga, motif Jajaran Genjang atau pado waji dan Nggusu Waru. Almarhum Hilir Ismail memaparkan makna di balik empat motif tersebut sebagai berikut :
1. Bunga Aruna dengan 99 buah sisik mengandung makna 99 sifat Allah SWT, pencipta alam semesta yang selalu dipuji dan disembah oleh manusia sebagai hambaNya. Sesuai dengan kelemahan dan keterbatasannya, manusia wajib memahami 99 sifat Allah SWT. Motif Bunga Aruna lebih dominan sebagai ragam hias bangunan untuk tempat tinggal. Salah satu ornamen Bunga Aruna terdapat pada Asi Bou atau Istana Kayu di sebelah timur Asi Mbojo.
2. Nggusu Tolu atau Pado Tolu (Segi Tiga). Motif ini mengandung makna bahwa pada sudut lancip yang berada dipuncaknya merupakan isyarat bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan Allah SWT.
3. Pado Waji atau Jajaran Genjang menjadi simbol kehidupan manusia berada dalam tiga tingkat. Pertama berada di atas yang jumlahnya terbatas, dan di atas mereka adalah Allah Yang Maha Tinggi yang dilukiskan dengan sudut lancip. Tingkat kedua berada di tengah, jumlahnya lebih banyak. Ketiga tingkat bawah, hampir sama dengan golongan atas dan lebih sedikit di banding golongan menengah.
4. Nggusu Waru atau segi delapan. Di dalam salah satu syarat kepemimpinan dalam Nggusu Waru terdapat salah satu syarat bahwa seseorang harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. To’a di Ruma ra hartala atau taat keada Allah adalah syarat utama kepemimpinan di tanah Bima.
Berkaitan dengan warna, unsur warna dalam seni rupa Bima terdiri dari dana kala(warna merah), dana monca(warna kuning), Dana Owa(Warna Biru), Dana Jao (Warna Hijau), Dana Keta (Warna Ungu), Dana Bako (warna merah jambu), Dana Me’e (Warna Hitam) dan Dana Lanta (Warna Putih). Setiap warna memiliki makna. Merah mengandung nilai keberanian. Putih mengandung nilai kesucian. Biru simbol kedamaian dan keteguhan hati. Kuning bermakna kejayaan dan kebesaran. Hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Warna Ungu,merah jambu dan hitam melambangkan kesbaran dan ketabahan. Sedangkan coklat melambangkan kesabaran dan ketabahan kaum perempuan dalam menjalankan tugas. Dalam Seni Rupa Bima warna paling dominan adalah hitam sebagai simbol Bumi (Tanah) bermakna kesabaran .
Mari lestarikan Tenun Bima......!
Oleh : Alan Malingi
0 komentar:
Posting Komentar