KM LENGGE WAWO,- Kesenian
tradisional Propinsi Nusa Tenggara Barat yang berasal dari Bima kembali di
pentaskan pada Pada malam Finalis 15 besar Dangdut Academy Indosiar (D’Academy)
yang diselenggarakan dan disiarkan oleh TV swasta Nasional Indosiar. Mpa’a Manca
dan Buja Kadanda di tampilkan saat finalis dari Bima, Ady Bima tampil
membawakan lagu yang kedua.
Setelah kesenian tradisional
Gendang Beleq (Gendang Besar)yang dimainkan secara berkelompok ditampilkan di D’Academy
sebagai sarana promosi Wisata oleh putra-putri NTB di Jakarta, Pada malam Finalis
15 besar grup 3 Kesenian NTB asal dari daeranya Ady yaitu Mpa’a Manca kembali
di pentaskan walaupun dengan durasi 15 menit di panggung D’Academy.
Kesenian daerah asal Bima, Mpa’a manca
dan Buja Kadanda merupakan kesenian asli
dari Bima yang berasal dari kecamatan Wawo. Memang pada umumnya masyarakat Bima
mempunyai permainan kesenian daerah Mpa’a manca, namun Mpa’a Manca dan Buja
kadanda sering dimainkan oleh masyarakat Wawo ketika menyambut tamu, hajatan
pernikahan, sunatan maupun pentas seni.
Bagi masyarakat Wawo Mpa’a Manca
dan Buja Kadanda bukan sekedar permainkan kesenian tradional dan budaya yang
dipertahankan, namun Mpa’a Manca dan Buja Kadanda menjadi symbol dan Jiwa bagi
masyarakat terutama lelaki di daerah Wawo Bima sebagai lelaki yang
bertanggungjawab, rela berkorban demi agama dan bangsa serta kuat dalam segala
hal.
Tidak heran Kesenian tradisional
asal Asal seperti Mpa’a Mnca, Ntumbu, buja kadanda akan tetap ada bersama
kehidupan masyarakt Wawo dimanapu dia berada. Karena Mpa’a Manca, Buja Kadanda
dan Ntumbu sudah menyatu dengan Jiwa mereka.
Mpa’a Manca yang tampil pada D’Academy
adalah permainan dari Sanggar Wawo di Cingkareng Jakarta Barat, yang mainkan
oleh oran-orang Asli Kecamatan Wawo Bima yang telah menetap di Jakarta, Namun
kesenian asal daerah mereka ini tetap mereka mainkan dan pertahankan di
Jakarta.
Mpa’a manca yang ditampilkan di
panggung D’Academy merupakan salahsatu promosi kesenian daerah NTB asal Bima,
yang dimainkan oleh 2 orang kesatria di medan perang menggunakan aksesoris kayu
atau pedang, diiringi oleh 4 orang perempuan berpakaian Rimpu menyayikan lagu
bima arugele, (Lagu khas Bima) dan diiringi oleh gendang, sarone.
Menurut Muhtar Darsono, dihubungi
melaui via selular (Handphone) usai tampil di panggung D’Academy mengaku bahwa
pakaian adat, gendang, pedang, dan seluruh atribut pakaian daerah untuk
kesenian daerah banyak dan tetap ada di rumahnya. Setiap pentas seni di Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) tiap ada acara Halal Bihalal keluarga besar Wawo se
Jabodetabek, atau acara pernikahan keluarga besar Bima di Jakarta dan
sekitarnya.
“Untuk tampil di D’Academy
Indosiar ini kami telah berlatih selama seminggu, bahkan pemukul gendang, bapak
Sulaiman Hemon dan peniup Serone (alat tiup asal Bima) A. Halik, meruapkan
pemain kesenian tradional yang senior sudah sesepu namun tetap semangat tampil
di D’Academy untuk kontribusi mendukung Ady Bima menjadi jawara D’Academy tahun
2015,” ujar Muhtar.
Muhtar juga menambahkan bahwa,
lokasi Studio Indosiar yang dekat dengan tempat tinggal kita di Perumahan
Klingkit Raya Cengkareng Jakarta Barat membuat kami selalu datang dan menontong
D’Acdemy untuk mendukung Ady di studio langsung.
Dengan Tampilnya Sanggar Wawo
memainkan kesenian tradisional Mpa’a Manca akan menarik minat masyarakat
mengunjungi Bima NTB karena kaya akan kesenian tradisonal, potensi wisata,
pakaian tradisioanal dan kuliner Tradiosional. (Efan)
0 komentar:
Posting Komentar