Sebanyak 100 penari menampilkan tarian kolosal,
mengenakan rimpu dari sarung tenunan khas suku Bima yang dikenal dengan nama
"Tembe Nggoli". Mereka
dihadirkan untuk memeriahkan momentum peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas)
ke XXVI tingkat Provinsi NTB di Kabupaten Bima beberapa waktu lalu.
Tembe Nggoli adalah kain tenun sarung khas Bima, yang terbuat dari benang kapas atau katun.
Kain tenun sarung ini memiliki beragam warna yang cerah dan bermotif khas
sarung tenun tangan. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Tembe Nggoli,
berbahan halus, tidak mudah sobek, dan dapat menghangatkan tubuh. Tembe Nggoli
memiliki keunikan, bila dipakai saat cuaca dingin akan hangat, begitupun saat
dipakai saat cuaca panas akan terasa dingin.
Berdasarkan fungsi, Tenun Tembe Nggoli ini dibagi
menjadi beberapa jenis. Tembe Songke atau Sarung sebagai tenun unggulan,
Sambolo (Destar) atau ikat kepala yang bisa dipakai kaum laki-laki yang
memasuki usia remaja. Weri atau ikat pinggang yang terbuat dari Malanta Solo,
Baju Mbojo dan Syal atau selendang yang biasa dipakai kaum pria Bima sebagai
hiasan saat menghadiri pesta atau sebagai selempang bagi para wanitanya.
Kain tenun ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari produk unggulan NTB yang kini tengah dipersiapkan memasuki tahapan industrialisasi.
Yakni peningkatan nilai tambah ekonomi terhadap
produk-produk tersebut. Misalnya dengan meningkatkan kapasitas produksi,
memperkuat kualitas kemasan/corak dan mutu serta memperluas jaringan marketing atau
memasarkannya dalam bentuk barang jadi. Termasuk dalam mendukung kegiatan
industrialisasi sektor pariwisata.
Bupati Bima Hj. Damayanti Putri, SE , menyatakan akan
terus mengembangkan produk tembe nggoli ini, bukan hanya untuk pelestarian
tradisi budaya luhur Mbojo, tetapi juga untuk mendukung geliat ekonomi/bisnis
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para pengrajin.
Menurut Dinda, Rimpu dengan menggunakan Tembe Nggoli
merupakan tradisi busana leluhur masyarakat Bima. Karenanya, Tembe Nggoli
dirajut dengan motif dan kualitas yang
sangat baik. Sanggar la Diha desa Maria merupakan salah satu desa wisata di
Kabupaten Bima yang memamerkan dan
mempromosikan Tembe Nggoli sebagai oleh-oleh dan cenderamata bagi para tamu
yang berkunjung ke Bima.
Saat ini Tembe Nggoli semakin langka, karena penenun
Tembe Nggoli semakin berkurang. Mengingat proses menenun Tembe Nggoli yang
cukup sulit dan masih menggunakan peralatan menenun yang tradisonal, sehingga
jarang ada anak-anak zaman sekarang yang mau belajar menenun.
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah mengatakan, Bima
terkenal dengan Tembe Nggoli sejak dulu. Sehingga produk tenunan khas di Bima
seperti Tembe Nggoli, Tembe Donggo, atau tenunan khas dari Sumbawa dan Lombok,
wajib dilestarikan dengan cara memakai produk lokal kita.
Peran UMKM
dalam merangkul dan memasarkan tenun khas warisan leluhur ini harus
tetap dioptimalkan.
Pria asal Sumbawa ini mengapresiasi kerajinan tenun
Tembe Nggoli dari produk UMKM dan mayarakat. Menurut Doktor Zul, yang perlu
tetap dilestarikan adalah, mempertahankan tarian sebagai warisan budaya dan
hasil kerajinan tenun dari pengrajin dan UMKM.
“Saya yakin, 100 penari yang menggunakan tenunan khas
Bima, Tembe nggoli ini mereka beli dari UMKM atau masyarakat penenun
tradisional, nah ini yang perlu terus dipertahankan,” sebut Dr. H.
Zulkieflimansyah saat menyaksikan gelaran tarian tradisional.
Gubernur berharap, gairah masyarakat untuk terus
menghasilkan produk tenunan khas daerahnya akan terus terpacu , sehingga
terbentuk UKM-UKM baru yang menjadi wadah dan pembina bagi mereka. Disamping
hal tersebut yang perlu kita kembangkan adalah regenerasi penenun untuk
tertarik belajar menenun.
Untuk memacu perekonomian masyarakat dan melawan
kemiskinan dari desa, UMKM ini harus terus bersaing. Menajemen masyarakat untuk
bergabung di UMKM harus terus dipacu. Sehingga pemasaran produk tenusan khas
daerah ini lebih mudah. Pemerintah Provinsi NTB memberikan jalan kepada
masyarakat lewat program industrialisasi terhadap produk-produk unggulan Daerah
sehingga memberikan kemanfaatan ekonomi
dan daya ungkit yang lebih besar
dalam meningkatkan pendapatannya.
Program industrialisasi yang dicanangkan Gubernur NTB,
Dr. H. Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah,
M.Pd, sebagaimana termuat didalam RPJMD 2019-2023, memang dihajatkan untuk
menyasar produk-produk UMKM seperti tembe nggoli ini.Sehingga semakin meningkat
kualitas dan kapasitas produksi serta pemasarannya. Karena diberikan dukungan
pembinaan, mulai dari penguatan skill,
menejemen usaha serta bantuan peralatan dan akses permodalan hingga kemasan/peningkatan
nilai tambah dan perluasan jaringan pemasarannya. (Efan)
0 komentar:
Posting Komentar